
Menyuarakan Akses Setara: Kunjungan Kami ke SLBN 02 Jakarta Bersama DTKJ, Jaklingko, Transjakarta, dan MRT Jakarta
SEMINAR DAN PRESENTASI
Jakarta, 17 Juli 2025 — Kesetaraan dalam akses transportasi publik kembali menjadi sorotan penting dalam kunjungan penyuluhan transportasi publik ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 02 Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta melalui kolaborasi bersama Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), PT Jaklingko Indonesia, Transjakarta, dan MRT Jakarta.
Tim Apa Jadinya Indonesia turut hadir dalam acara ini untuk mendokumentasikan dan mengangkat suara anak-anak berkebutuhan khusus, yang selama ini sering terpinggirkan dalam perencanaan mobilitas kota. Kami percaya bahwa cerita-cerita inilah yang seharusnya mendapat tempat dalam pembangunan kota masa depan.
Menyuarakan Akses Setara: Kunjungan Kami ke SLB 02 Jakarta Bersama DTKJ, Jaklingko, Transjakarta, dan MRT Jakarta


Edukasi Transportasi yang Ramah dan Inklusif
DTKJ membuka sesi dengan paparan komprehensif mengenai moda transportasi di Jakarta. Mereka menjelaskan berbagai jenis layanan, mulai dari Bus Rapid Transit (BRT) yang melayani koridor utama, Metrotrans dan Minitrans yang menjangkau area-area pinggiran, hingga Mikrotrans yang berperan sebagai feeder bagi koridor utama. Selain itu, DTKJ juga memaparkan keberadaan kapal penyeberangan di sejumlah titik strategis, layanan penerbangan, serta kereta berbasis rel seperti KRL Commuter Line, Kereta Api Bandara, MRT Jakarta, LRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan kereta cepat Whoosh. Yang tak kalah penting, DTKJ memaparkan program unggulan Pemprov DKI berupa subsidi transportasi gratis untuk lima belas golongan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, lansia, dan keluarga kurang mampu, serta prosedur pengajuan kartu akses tersebut yang dapat dilakukan melalui kantor Bank DKI.
Selanjutnya, perwakilan PT Jaklingko Indonesia memperkenalkan evolusi sistem tiket integrasi yang kini memudahkan pengguna berpindah moda transportasi dengan satu kartu atau aplikasi digital. Mereka menampilkan antarmuka terbaru aplikasi Jaklingko yang dilengkapi peta rute interaktif, estimasi waktu tempuh, dan fitur isi ulang saldo secara nontunai. Dijelaskan pula bagaimana sistem lama, yang mengharuskan penumpang membeli tiket terpisah untuk masing-masing moda, banyak memakan waktu dan menyebabkan antrean panjang, sementara integrasi tiket modern ini mampu memangkas waktu antre serta meningkatkan kenyamanan pengguna.
Perwakilan Transjakarta kemudian menjelaskan perkembangan armada dan fasilitas inklusif yang mereka kembangkan. Dengan lebih dari 5.000 unit bus, 231 halte, dan 243 rute aktif, Transjakarta tak hanya fokus menambah jumlah layanan, melainkan juga memperhatikan kebutuhan pengguna penyandang disabilitas. Mereka memaparkan fitur-fitur seperti guiding block di lantai halte, papan informasi berhuruf braille, fasilitas toilet khusus di beberapa halte, serta prioritas antrean. Komitmen terhadap keberlanjutan juga menjadi sorotan, di mana Transjakarta tengah mengintegrasikan bus listrik ke dalam armadanya. Untuk memudahkan penumpang, aplikasi Transjakarta juga diperbarui dengan fitur pelacakan bus secara real time dan pemberitahuan kedatangan.
Di sisi kereta rapid transit, perwakilan MRT Jakarta memperkenalkan desain stasiun yang mengutamakan aksesibilitas, dengan lift lebar, jalur landai, dan platform yang sejajar dengan lantai kereta. Mereka menekankan keandalan sistem, dengan tingkat ketepatan waktu mencapai 99,99%, serta keamanan yang terjaga melalui patroli rutin dan CCTV di tiap kereta dan stasiun. Aplikasi MyMRTJ diperlihatkan secara langsung, lengkap dengan jadwal kedatangan, informasi tarif, dan peta jalur. Selain memaparkan enam stasiun bawah tanah dan tujuh stasiun layang pada fase pertama, perwakilan juga berbagi rencana fase kedua yang akan memperluas jaringan hingga kawasan pinggiran, menandai komitmen Jakarta terhadap transportasi massal yang terintegrasi.


Selama sesi ini, para siswa SLB dan pihak sekolah diberi kesempatan menyampaikan keluh kesah mereka. Beberapa mengungkapkan bahwa armada bus sekolah khusus penyandang disabilitas masih sangat terbatas, sehingga sering kali mereka harus menunggu berjam-jam. Sebagian lainnya mengeluhkan proses birokrasi pengajuan kartu disabilitas yang panjang dan sulit dipahami, serta kesulitan menggunakan kartu tersebut di pintu masuk stasiun MRT karena kadang mesinnya tidak mendeteksi. Para narasumber kemudian berdialog langsung, menjanjikan perbaikan prosedur dan penambahan layanan serta pelatihan petugas untuk membantu pengguna dengan kebutuhan khusus.
Tak hanya mendengarkan, acara ini juga diwarnai suasana ceria dan interaktif berkat kehadiran penerjemah bahasa isyarat yang memastikan anak-anak tuna rungu dapat mengikuti paparan dengan optimal. Antusiasme mereka terlihat dari beragam pertanyaan, mulai tentang cara naik kendaraan, cara memanfaatkan aplikasi, hingga keingintahuan tentang masa depan jaringan transportasi Jakarta. Setiap siswa yang berani bertanya mendapat hadiah sebagai bentuk apresiasi, menambah semangat dan kehangatan suasana.
Setelah sesi di dalam kelas, tim DTKJ bersama tim Apa Jadinya Indonesia, kemudian menjelajahi rute BRT dan LRT. Tur ini bertujuan meninjau infrastruktur halte, kondisi jalan sekitar, infrastruktur sepeda, serta kemudahan akses bagi penyandang disabilitas. Dengan ini, kami berharap pengalaman berharga ini dapat menginspirasi pihak terkait untuk terus menindaklanjuti rekomendasi dan menjadikan transportasi publik Jakarta lebih inklusif. Karena pada akhirnya, setiap anak berhak merasakan kemudahan akses tanpa terkecuali.



