Apa Jadinya Jakarta Jika Car Free Day is Everyday
APA JADINYA JAKARTA
Apa Jadinya Jakarta Jika Car Free Day is Everyday


Jakarta selama bertahun-tahun telah mengandalkan Car Free Day (CFD) sebagai ruang rekreasi sementara yang memberi masyarakat jeda dari polusi, kemacetan, dan dominasi kendaraan bermotor. Namun, bagaimana jika konsep ini tidak lagi hanya berlaku setiap Minggu pagi, tetapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di salah satu koridor tersibuk kota yaitu Jalan Jenderal Sudirman?
Artikel ini mengeksplorasi potensi transformasi Jalan Jenderal Sudirman menjadi koridor bebas mobil setiap hari, dengan pendekatan berbasis data, pembelajaran internasional, serta skenario desain dan kebijakan yang mendukung kota yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
Konteks dan Tantangan
Jalan Jenderal Sudirman merupakan simbol kemajuan Jakarta, namun juga potret permasalahan perkotaan: kemacetan, dominasi kendaraan pribadi, minimnya ruang pejalan kaki yang nyaman, dan tingginya emisi.
Meski CFD memberi harapan, dampaknya hanya sementara. Masih belum ada komitmen untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai bahan evaluasi dan reformasi kebijakan mobilitas secara permanen




Gambar Hanya Illustrasi
Apa yang Bisa Terjadi Jika Car Free Day Itu Setiap Hari?
Kualitas Udara Meningkat
Studi dari ITDP dan data AirVisual menunjukkan bahwa kadar PM2.5 dapat turun signifikan saat CFD. Jika ini menjadi rutinitas, potensi peningkatan kualitas udara dapat menurunkan risiko penyakit pernapasan secara signifikan.
Aktivitas Sosial dan Ekonomi Tumbuh
Ruang jalan yang dibuka untuk manusia, bukan mobil, menciptakan peluang interaksi sosial, ekonomi informal (UMKM, pertunjukan jalanan), dan gaya hidup sehat.
Transportasi Publik dan Mobilitas Aktif Meningkat
Ketiadaan kendaraan pribadi mendorong penggunaan MRT, TransJakarta, sepeda, dan berjalan kaki. Kota pun bergerak menuju sistem transportasi multimoda yang lebih adil dan efisien.
Ruang Kota Lebih Manusiawi
Koridor Sudirman bisa menjadi laboratorium urban design yang mengedepankan ruang hijau, jalur pejalan kaki luas, dan elemen pendingin kota seperti air mancur, kanopi, dan pohon rindang.
Penutup
Jangka Pendek (0–1 tahun)
Ekspansi waktu CFD hingga malam hari pada akhir pekan.
Uji coba weekday CFD pada waktu non-sibuk (09.00–15.00).
Kampanye edukatif dan kolaborasi dengan komunitas.
Jangka Menengah (1–3 tahun)
Desain ulang Sudirman sebagai green corridor.
Integrasi fasilitas publik (toilet, titik air minum, jalur sepeda permanen).
Insentif bagi pebisnis dan UMKM lokal untuk mengisi ruang tanpa kendaraan.
Jangka Panjang (3–5 tahun)
Pembatasan bertahap kendaraan bermotor pribadi.
Peraturan zonasi dan parkir untuk mendukung kawasan bebas mobil.
Pengembangan koridor serupa di lokasi lain seperti Kuningan dan Rasuna Said.
Mengubah Jalan Jenderal Sudirman menjadi kawasan bebas kendaraan setiap hari bukan sekadar perubahan fisik jalan, ini adalah perubahan paradigma tentang siapa yang berhak atas ruang kota. Kota masa depan adalah kota yang berpihak pada manusianya. Sudah waktunya kita membayangkan dan mewujudkannya.